ANCIANCEONCE

BRI oh BRI

Di suatu masa hiduplah seorang perempuan cantik yang hobi sekali memberi komentar. Perempuan ini sering dipanggil Ante Ceceh oleh teman-teman dan anak-anak yang mengenalnya. Di suatu siang pada bulan ketiga, Ante Ceceh yang sakit kepala setelah menerima amuk murka Ibu Naga memutuskan untuk melancong ke wilayah Utara Kota Jakarta. Dia berkata kepada empat sahabatnya, “Kalian harus mencoba Kwetiaw Akang, Bakmi Bintang Gading dan Bakmi Kemunian. Di sana terdapat kenikmatan babi yang tiada taranya.” Teman-temannya pun bersorak riang mendengarnya. Maka jadilah, Tante Ceceh dan keempat sahabatnya menghabiskan hari berkeliling Kelapa Gading menikmati 4B: Beauty and The Beast & Bakmi Babi.

Di minggu berikutnya, Ante Ceceh merasa sudah saatnya dia mengganti kacamatanya. Karena kejiwaannya hampir terganggu akibat pemandangan buram pada wajah-wajah yang diduganya memancarkan kesempurnaan karya Tuhan. Tibalah saatnya pembayaran, Ante Ceceh kebingungan. Dia memeriksa dompetnya berkali-kali. Pertama-tama dilakukan dengan cepat. Kedua kali dilakukan lebih perlahan. Ketiga kalinya, ia mengeluarkan semua kartu yang ada di dompetnya sambil berseru, “Bagaimana ini? ATM BRI-ku hilang!”

Ante Ceceh yang cantik itu pun menjadi panik. Hei….Ante Ceceh itu lansia muda. Jadi meskipun dia cantik, dia gampang panik. Hahahahahaha…..Dia mencoba mengingat-ingat kapan terakhir kartu itu digunakan. “Oh iya…sebelum jalan-jalan ke Kelapa Gading!” serunya. Dan Ante Ceceh pun segera mem-blokir kartunya lewat CallBRI.

Sebulan berlalu, Ante Ceceh belum juga mengurus kehilangan kartunya. Dihajar cacar dan dirayu rasa malas membuatnya menunda-nunda pergi ke bank. Hingga akhirnya Ante Ceceh menyadari, bahwa ia kehabisan uang tunai yang diperlukan untuk mempertahankan kecantikannya. Maka Ante Cecehpun bertekad untuk mendapatkan kartu ATM yang baru.

Maka dua hari yang lalu Ante Ceceh pergi ke BRI KCP terdekat dari rumahnya  bersama driver GrabBike yang duduk di muka mengendarai motor supaya baik jalannya. Ante Ceceh belum pernah ke tempat itu, maka ia bertumpu pada bantuan Google Map. Tapi…..sampai koordinat yang dituju Ante Ceceh menoleh ke kiri dan ke kanan. “Loh….ke mana Bank-nya Pak? Kok tidak ada ya?”, ia bertanya kepada Bapak GrabBike. Driver yang baik hati itu kemudian menjalankan motornya pelan-pelan sampai kemudian Ante Ceceh menepuk pundak si Bapak dan berkata, “Itu Pak, bank-nya. Oalah….pindah kok ndak bilang-bilang ya.”

Segera Ante Ceceh turun dari sepeda motor itu dan memasuki ruangan nyaman ber-AC dingin. Pak Satpam yang menjaga pintu menyambutnya. Ante Ceceh kemudian mendapatkan informasi, “Maaf Mbak, di KCP tidak melayani pembuatan kartu ATM. Mbak ke KC saja. Yang terdekat adalah di Graha Cempaka Mas.” Wah….sungguh petugas yang berdedikasi tinggi terhadap pekerjaannya ya. Ante Ceceh pun tersenyum menyambut penjelasan Pak Satpam dan mengucapkan terima kasih.

Ante Ceceh lalu bergegas menuju BRI KC Cempaka Putih. Setiba di sana Bapak Satpam menyambutnya dengan penjelasan bahwa Ante Ceceh perlu membawa Surat Keterangan Kehilangan dari Kepolisian karena kartunya sudah hilang lebih dari sebulan. Ante Ceceh kecewa sekali. Tetapi ia membutuhkan uangnya. Karena itu ia masuk ke antrian pengambilan uang melalui teller. Di depan teller kemudian ia menyodorkan buku tabungan dan KTP aslinya. Tapi….apa yang kemudian terjadi?

Teller berkata, “Mbak ini kok nomor KTP di buku tabungan berbeda dengan KTP yang asli?” Ante Ceceh menjelaskan bahwa ia sudah berganti domisi di tahun 2011 lalu sehingga nomor kependudukannya pun ikut berganti. Mbak Teller kemudian menyarankan agar Ante Ceceh melakukan update data dulu di CS lalu kembali ke teller untuk melakukan penarikan tunai. Ketika Ante Ceceh menanyakan apakah ia bisa melakukan transfer ke rekeningnya yang lain, Mbak Teller menyatakan bahwa ia tetap harus melakukan update data.

Ante Ceceh pun kemudian mengambil nomor antrian CS. Dalam hati ia mulai cemas karena jam sudah menunjukkan pukul 14.30 WIB. Sementara di Bulan Ramadhan ini bank hanya beroperasi sampai pukul 15.15 WIB. Akhirnya tepat pukul 15.15 WIB Ante Ceceh pun dilayani. Ia mengeluarkan Buku Tabungan dan KTP-nya. Mbak CS kemudian menanyakan apakah ia membawa KTP lamanya. Karena ia tidak membawanya, maka Ante Ceceh berpikir lebih baik menutup rekeningnya kemudian membuka yang baru. Tetapi Mbak CS berkata bahwa penutupan rekening hanya dapat dilakukan di bank tempat pembukaan rekeningnya. Dan karena pembukaan rekening baru akan dikenakan biaya administrasi, Ante Ceceh tidak bisa dilayani mengingat teller sudah tutup.Ante Ceceh pun pulang dengan perasaan kecewa.

Hari ini, Ante Ceceh dengan rasa percaya diri kembali ke Bank BRI. Kali ini dia memilih mendatangi KC Jakarta Kramat. Berbekal Surat Keterangan Kehilangan dari Kepolisian serta foto copy KTP yang tertera di Buku Tabungannya, ia bersiap mengantri di layanan CS. Tapi baru saja ia duduk seorang CS mengumumkan, “Mohon maaf Bapak dan Ibu, layanan terkait ATM tidak bisa dilakukan karena baru saja offline.” Ante Ceceh kemudian mendekati CS tersebut dan menjelaskan kondisinya. Ia menanyakan apakah artinya ia tidak bisa dilayani hari ini. CS menjawabnya, “Iya Ibu. Paling Senin Ibu kembali lagi.”

Ante Ceceh tidak puas. Ia kembali bertanya, “Apakah Saya bisa mendapat info KC terdekat yang bisa melayani pembuatan ATM baru?” Dan Mbak CS itu menjawab, “Maaf Ibu, takutnya Saya infokan dan Ibu ke sana ternyata di sana juga offline. Kalau untuk kasus Ibu paling bisa saya bantu update data lalu Ibu ke teller untuk ambil tunai.”

Ante Ceceh hanya bisa elus dada dalam pikirannya sambil menarik nafas panjang. Zaman canggih seperti ini dimana harusnya layanan perbankan dapat diakses dengan jari tetapi kalau sabda offline bergema artinya semua harus kembali ke fitrahnya. Mengantri sambil deg-degan lihat jam.

 

Exit mobile version