Momzie,
Aku kangen semua tradisi Minggu terakhir akhir tahun kita. Bebersih rumah sampai ke teralis jendela dan pintu-pintu kayu. Mengeluarkan semua koleksi gelasmu dari lemari untuk dicuci. Berdiskusi mengenai kue kering apalagi yang harus dibikin. Bangun pagi dan janjian untuk mandi sebelum jam 10 sambil mengamat-amati akankah matahari bersinar cerah supaya cerah hati kita duduk di dapur mencetak kue. Teriak-teriak dari ruang tamu ke dapur. Curhat, bergosip dan berdebat mengenai banyak hal. Saling memamerkan baju baru kita masing-masing. Berjanji bahwa tanggal 24 kita harus istirahat supaya bisa Ibadah Pagi 25 Desember. Lalu menggodaimu setiap kali berusaha menyeludupkan furniture baru ke rumah. Hal yang selalu membuat wajahmu pucat jika ‘Latihan Menjawab Jika Ditanya Bapak’ kulakukan dengan asal-asalan dengan tujuan iseng. Rindu denganmu yang pindah ke kamarku sebelum azan subuh. Rindu denganmu yang membebaskanku menghias ulang pohon natalmu sesuka hatiku. Dengan kebiasaanmu mencari Coca Cola dingin setiap kali sudah lelah membersihkan semua. Rindu dengan ekspresi bengongmu melihatku manjat-manjat teralis jendela demi menurunkan horden untuk dicuci. Dengan semua protesmu jika semua jendela ruang tamu kubuka untuk kulap.
Momzie,
Aku rindu setiap kali kita ngobrol aku tiba-tiba diam dan bertanya apakah kau sudah sikat gigi dengan nada kejam. Atau kau marah ketika aku kentut tanpa izin sebelumnya. Aku kangen denganmu yang punya gaji sendiri tapi selalu bilang, “Besok kita ke Matahari yuk. Jalan-jalan. Tapi bilang Bapak dulu ya.” Kangen dengan ekspresimu yang tidak terduga ketika memberikanmu kado Natal yang dirapel dengan kado Ulang Tahun dan Hari Ibu. Kangen dengan kebiasaan membersihkan wajahmu, memakaikan masker dan kemudian mengganggumu yang ketiduran.
Momzie,
Aku rindu semua tentangmu.
Selamat Hari Ibu, Ma.